kepada tuan yang bercermin besar,
aku serasa membutakan pandangan dan menulikan pendengaranku akan harapan pasca berkacanya aku pada pantulan rupamu
rupa rupanya pengharapanku jauh lebih besar dari apa yang ku kira..
kita mungkin sama sama tidak dapat tertawa karena kau adalah tuan yang bercermin besar
dan aku hanyalah seonggok bantalan perhiasan yang tak elok jika tak bertopeng.
kita pun tahu bahwa kita terbungkus sendu tatkala saling menatap,
mereka bilang kita berbeda
mereka cakap kita tak sama
tapi tahukah mereka pilu ?
pilu tatkala kau pun, tuan yang bercermin besar rupanya tak seirama denganku
aku yang hanya seonggok bantalan perhiasan yang tak elok jika tak bertopeng
dengan penuh pengharuan ku basuh imaji imajiku
agar supaya pilu tak terlalu menggerogoti organ berdetak
karena siapa mengetahui bahwa di sore yang temaram terbalut senja nanti, kata kita sudah tak ada lagi
pahit memang
…